Please, Don't Call Me Gorgeous!

9:11 PM



"I work in a cold patriarchal driven world where the idea of beauty is based solemnly on how men perceive it."

Entah sudah berapa kali saya menjumpai gadis-gadis usia remaja yang mengungkapkan keinginan mereka untuk menjadi model sekelas Adriana Lima dan Gisele Bundchen hari ini. Jangan salah, saya sangat menghormati pekerjaan tersebut karena tanpa mereka saya juga tidak akan ada pekerjaan, tetapi saya sempat miris ketika mereka mengatakan akan dengan senang hati meninggalkan segala urusan akademis mereka untuk menjadi supermodel papan atas. Jadi, apa yang saya katakan? "Finish your school then," dan mereka bilang saya jahat karena lebih menyarankan mereka meyelesaikan sekolah.

This is where you are wrong, dear. Saya bekerja di dunia yang penuh dengan barang-barang mewah dan gemerlap cahaya lampu sorot setiap waktu, jika kalian bertanya apakah saya cinta pekerjaan saya, jawaban yang akan kalian dengar adalah "Yes". Lalu kenapa saya malah terkesan menjauhkan gadis-gadis tadi dari dunia saya? Because all that glitters is not gold. Dunia ini tidak segemerlap yang kalian kira. Bisa saya bilang dunia kerja saya itu palsu dan merusak. Why? Palsu karena dunia tersebut berpusat pada image yang dihasilkan oleh suatu standar yang boleh saya bilang, mustahil, untuk selalu dicapai perempuan kebanyakan dan bersifat merusak karena masih terekam di memori saya bagaimana gadis-gadis berusia 15 hingga 18 tahun terobsesi dengan berat badan mereka di belakang panggung sampai mereka mengidap anoreksia atau bulimia. Belum lagi ketika popularitas adalah segalanya hingga berbagai jalan pintas pun digunakan agar mereka cepat terkenal. From plastic surgery to being "more" than just a model.

I do not know how many times I have watched these girls destroy each other like animals.  Singkat cerita, gadis-gadis tadi bertanya kepada saya, "If you can choose only one, brains or beauty?" dengan santai saya jawab, "Brains". Terlontarlah pertanyaan kenapa dari mulut mereka. My mother once told me that beauty tends to be temporary and her advice to me is that rather than beauty I should rely on my brain. Apa yang beliau katakan makes sense menurut saya, berikan edukasi yang baik kepada wanita maka dia akan bertahan dan mandiri.

"Because like style, your brain is eternal. You can still be a model and have a brain, darling. You can still be fashionable and smart at the same time. That's why I told you to finish your school. A beautiful shell will be worthless compared to the pearl inside of it."

Moral dari cerita yang saya sampaikan sebenarnya hanya satu.. aim higher. Saya tak akan melarang siapapun untuk bermimpi karena dari mimpi kita mempunyai dorongan untuk selalu berusaha sekuat tenaga, tapi saya menyarankan untuk tidak meninggalkan edukasi. Sama seperti mimpi, edukasi juga penting untuk kehidupan. Apalagi sebagai seorang wanita yang kelak akan menjadi panutan bagi anak-anak mereka, bukan karir yang menentukan seberapa sukses seorang wanita menjadi ibu, cara mereka mendidik lah yang menentukan hal itu. So girls, dream as high as the sky. But never put anything above your education.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Like us on Facebook

Subscribe